Selasa, 31 Oktober 2017



Membahas mengenai candi tentu tidak akan ada habisnya. Terlebih lagi apabila candi tersebut mempunyai relief yang indah, penuh cerita dan makna terkandung di dalamnya. Di kabupaten Tulungagung ada satu candi yang berhias relief pada dinding candi tersebut. Candi itu adalah candi Mirigambar. Terletak di desa Mirigambar, kecamatan Sumbergempol, kabupaten Tulungagung.


Pada suatu hari yang cerah setelah sehari sebelumnya diguyur hujan ringan, saya mengunjuungi candi Mirigambar. Tidak sulit untuk mengetahui rute yang harus ditempuh, mengingat rute menuju candi Mirigambar sejalur dengan rute menuju pantai Sine bila berangkat dari pusat kota Tulungagung. dibantu dengan papan petunjuk yang tersedia dan terpampang dengan jelas akhirnya sampai di lokasi. Saat saya sudah sampai di area untuk parkir motor, sudah ada satu motor di sana dan ada satu orang yang ada di candi Mirigambar. Saya langsung memperkenalkan diri, dengan ramah pula orang tersebut juga memperkenalkan diri. Beliau bernama Pak Suyoto yang ternyata penanggungjawab candi Mirigambar, alias sang juru kunci. Wahh, saya tentu senang bukan kepalang karena saya bisa menggali informasi sebanyak mungkin candi Mirigambar dari beliau.


Pak Suyoto bersih - bersih rutin


Ternyata kedatangan Pak Suyoto tidak berselisih lama dengan kedatangan saya. Saya mempersilahkan Pak Suyoto untuk menjalankan tugasnya terlebih dahulu membersihkan lokasi candi dari daun pohon beringin yang berjatuhan. Sambil menunggu, saya berkeliling area candi melihat relief dan mengambil beberapa foto untuk dokumentasi. Candi Mirigambar diapit oleh ladang milik warga setempat. Dikelilingi pohon beringin yang tinggi menjulang, juga beberapa pohon lain. Kondisi tersebut membuat suasana di sana terasa sejuk walaupun hari sudah menjelang siang.


Candi Mirigambar merupakan candi tunggal yang berfungsi untuk tempat pemujaan. Berbahan dasar batu bata, candi Mirigambar menghadap ke arah barat. Ada tangga naik di bagian depan candi. Diperkirakan dibangun pada abad XIII hingga akhir abad XIV. Hal tersebut berdasarkan pada beberapa bagian tubuh candi yang bertuliskan angka tahun 1214 dan 1310 Saka.


Dari penuturan Pak Suyoto, relief yang terdapat pada diding candi menceritakan kisah Panji Waseng Sari dengan Putri Galuh. Runtuhan cerita pada relief tersebut saling bersambung dari bagian depan (barat), ke bagian samping kiri (utara), ke bagian belakang (timur), ke samping kanan (selatan), hingga ke bagian depan kembali (barat). Sebelah kiri tangga sebagai awal cerita, dan sebelah kanan tangga sebagai akhir cerita, berputar searah jarum jam.  



Relief 1 Candi Mirigambar
Foto di atas (relief 1) merupakan relief di sebelah kiri tangga yang merupakan awal cerita. Releif tersebut memperlihatkan empat buah figur. Dari sebelah kanan ada figur pria bertopi, dua orang perempuan, dan seorang figur panakawan. Yang pertama adalah figur bertopi berdiri paling kanan, memegang lengan kiri dengan tangan kanannya seolah menutup diri dengan tiga figur yang lain. Perempuan yang dekat dengan figur bertopi memiringkan kepala ke arah perempuan yang lain. Dua perempuan ini secara ikonografis merupakan bangsawati dan pembantu wanitanya. Sepertinya bangsawati muda ini merupakan kekasih dari pria bertopi tersebut. Bisa dikisahkan relief ini bercerita Panji bersama tunangannya yang sedang bersedih karena mereka akan berpisah. Bangsawati yang sedih sedang dihibur oleh pembantu wanitanya.



Relief 2 Candi Mirigambar
Relief berikutnya (relief 2) menggambarkan dua panakawan menghadap kiri. Panakawan yang berada di depan membawa tongkat panjang mencapai tanah. Di sebelah kiri digambarkan pembantu perempuan membopong objek horisontal panjang. Dilihat dari ukurannya objek ini adalah manusia yang terbungkus kain. Tubuh yang terbungkus tersebut merepresentasikan Panji Waseng Sari yang nyaris tewas dibunuh raja pesaing. Panji ditemani dua pelayan. dan pembantu perempuan sang putri menyelamatkannya dari sungai.

Relief 3 Candi Mirigambar
Relief selanjutnya (relief 3) dalam keadaan yang rusak parah. Menurut Perquin (1916b:143), relief tersebut menggambarkan seorang laki – laki yang duduk setengah berbaring di sebelah kanan. Di sisi kiri ada dua “butha”, salah satunya memegang laki – laki itu dan berusaha menggigitnya. Dua “butha” itu sepertinya adalah panakawan. Yang kini masih bisa dilihat adalah bagiang tubuh yang setengah terbaring itu, dan satu kakinya tertekuk, kepala panakawan di dekat pangkuan laki – laki itu, dan bagian dari dua tangan yang memegangi tubuhnya. Ini mungkin posisi ketika panakawan berusaha membantu tuannya agar siuman, dengan merangkul atau berupaya menegakkan tuannya. Dari gelang yang menghiasi tangan, laki – laki yang terbaring itu bisa ditafsirkan sebagai Panji.


Relief 4 Candi Mirigambar
Selanjutya ada relief (4) bagian bawah dari tiga tubuh, bagian atas sudah hancur. Di sebelah kanan dua figur berdiri berhadapan, terindikasi dari posisi kaki mereka. Dari unsur – unsur ikonografisnya, pakian dan perhiasan, dapat diidentifikasikan figur kanan sebagai bangsawan, figur kiri sebagai perempuan. Figur laki – laki menyodorkan benda bungkuk. Ada kemungkinan juga adegan ini menggamparkan Panji yang telah dibawa oleh pembantu perempuan ke bangsal sang putri.

Sisi belakang (timur) candi Mirigambar

Penel relief yang berada di sisi timur sudah hilang dan kini kondisinya mengalami kerusakan yang cukup parah. Namun saya masih bisa mendapatkan gambar relief sisi timur dari buku Lidya Kieven dibawah ini (relief 5).

Relief 5 Candi Mirigambar

Menggambarkan tiga figur berdiri, seorang panakawan besar berhadapan dengan seorang perempuan, dan di belakangnya ada figur perempuan lain. Dari ikonografisnya dan figur pelayan kecil yang menyertainya, perempuan muda yang berada di tengah adalah perempuan muda ningrat.


Relief 6 Candi Mirigambar
Gambar di atas (relief 6) masih dari sisi timur candi menggambarkan pembantu perempuan berjalan ke arah kiri diikuti panakawan yang menyandang tombak di bahu. Relief tersebut menceritakan saat dimana Panji telah pergi memerangi raja Magadha meninggalkan sang putri dan pelayannya yang berusaha mencegah kepergian Panji.


Relief 7 Candi Mirigambar
Selanjutnya foto di atas ini (relief 7) adalah relief di bagian selatan. Figur panakawan bertombak, di depannya ada figur bertopi dan perempuan. Panawakan dan figur bertopi merentangkan tangan menunjuk ke arah yang sama.


Relief 8 Candi Mirigambar
Selanjutnya relief (8) yang menggambarkan seorang perempuan yang duduk menyembah sosok bertopi mulia dengan posisi duduk yang lebih tinggi. Figur pria tersebut mungkin seorang pertapa, dikarenakan posisinya yang sedang disembah oleh sosok wanita yang ada di depannya. Motif spiral yang berada di sekitar sosok pertapa tersebut bisa diartikan sebagai awan atau tumbuhan. Selain itu juga ada sosok seorang panakawan yang berada di belakang perempuan tersebut.

Relief 9 Candi Mirigambar

Relief terakhir (9) di sisi selatan menggambarkan seorang bertopi berada paling kiri, menghadap sosok lain yang juga bertopi yang sedang berdiri di samping sosok yang sedang tergeletak di tanah. Bisa diartikan ini merupakan Panji yang telah berhasil membunuh raja Magadha disaksikan oleh pendamping Panji dari kalangan berderajat tinggi.

Relief 10 Candi Mirigambar

Relief di atas (relief 10) merupakan akhir cerita, menggambarkan figur bertopi dan wanita muda berambut panjang tergerai. Sang wanita berdiri dengan sikap tubuh erotis mengangkat sebelah tangan ke belakang kepala. Yang pada gilirannya condong ke arah Panji sebagai tanda cinta. Adegan ini mengilustrasikan bertemunya kembali Raden Galuh dengan Panji. Relief tersebut sekarang sudah hilang karena dicuri. 

Relief 10 sebelum hilang dicuri


Penjelasan relief saya dapatkan dari buku “Menelussuri Figur Bertopi pada Relief Candi Zaman Majapahit”, oleh Lidya Kieven.






Foto candi Mirigambar tahun 1923

Relief hewan udang di badan candi Mirigambar.
Relief udang Candi Mirigambar


Relief kepala burung di bagian sudut barat daya candi Mirigambar.
Relief Kepala Burung Candi Mirigambar

Relief Singa Candi Mirigambar

Di belakang candi ada beberapa reruntuhan bangunan dan meja batu yang ada di tanah.





Di sekitar area candi Mirigambar juga ada beberapa meja batu yang tertulis angka tahun pembuatannya.

Meja batu candi Mirigambar 1310 tahun Saka

Meja batu candi Mirigambar  1122 tahun Saka

Meja batu candi Mirigambar  1264 tahun Saka
Kondisi sisi selatan candi Mirigambar

Salah satu dari meja batu tersebut dari keterangan Pak Suyoto, pernah digunakan jembatan di parit sawah oleh warga, bahkan nyaris dikubur dan kemudian diaspal. Sungguh tragis sekali!


Menarik sekali candi Mirigambar ini, bagian awal dan akhir cerita digambarkan pada relief bagian depan sebelah tangga masuk. Betapa rumitnya saya yakin pembuatnya pada saat itu. Mengingat ribuan batu bata yang ditumpuk lalu dipahat untuk menggambar relief dengan detail lekukan yang sangat teliti dan indah.


Sebenarnya masih banyak sekali peninggalan bersejarah yang seusia dengan candi Mirigambar. Dari keterangan pak Suyoto selaku juru kunci di bagian barat candi dulu ada semacam sumber air dan patirtan, beberapa lumpang batu, dan masih banyak lain di desa Mirigambar ini. Salah satunya adalah batu berikut yang terletak di samping pagar rumah warga tak jauh dari kediaman pak Suyoto.


Sangat dilematis sebenarnya, suatu desa yang kaya akan peninggalan sejarah, namun seakan kurang peduli untuk melestarikannya.


Candi Mirigambar

Read More