Senin, 15 Januari 2018

Museum Wajakensis Tulungagung

Museum Wajakensis Tulungagung

Pernah mengetahui kata Wajakensis? Atau lebih lengkapnya Homo Wajakensis? Saya yakin kalian semua pernah mengetahuinya saat pelajaran sejarah. Homo Wajakensis merupakan manusia purba golongan Homo sapiens (manusia cerdas) yang pernah hidup di Indonesia. Ditemukan oleh Van Riestchoten pada tahun 1889 di desa Wajak, kabupaten Tulungagung. Fosil ini kemudian diteliti lebih lanjut oleh Eugene Dubois. Ternyata kampung halaman saya merupakan salah satu wilayah peradaban masa lalu nih, hehehe.



Karena nama Homo Wajakensis sudah mendunia, maka nama tersebut dijadikan nama museum daerah kabupaten Tulungagung. Terletak di kecamatan Boyolangu, sekitar 4 kilometer arah selatan dari alun – alun Tulungagung. Lokasinya cukup sunyi karena berada di areal persawahan, namun hal tersebut yang membuat nyaman bila berkunjung ke museum Wajakensis Tulungagung.



Di depan pintu masuk menghadap arah utara, sudah berjejer beberapa prasasti berukuran besar. Namun sayang sekali walaupun bentuk prasasti tersebut masih utuh, tulisan yang terpahat pada prasasti sudah tidak bisa dibaca karena rusak. Hanya ada satu prasasti saja yang masih bisa terbaca tulisannya, tetapi juga hanya sebagian saja.

Jejeran prasasti

Permukaan yang rusak sehingga tulisan juga musnah


Ada lambang tertentu pada prasasti



Salah satu prasasti dengan tulisan yang masih bisa dibaca


Selain itu saya juga melihat meja batu di dekat pintu masuk museum. Ada garis – garis yang tentu sebenarnya mempunyai maksud dalam pembuatannya.



Pada ruangan dalam museum Wajakensis banyak sekali koleksi benda purbakala. Benda – benda tersebut kebanyakan berupa arca yang ditemukan di kabupaten Tulungagung.





Di sisi samping barat musem bagian luar saya juga menemukan beberapa arca dan meja batu kuno. Sungguh sangat indah dan begitu detail arca tersebut. Walaupun saya juga agak bingung karena dari jenis batu yang arca tersebut tergolong batu yang cukup baru dan bertuliskan huruf Cina.

Beberapa arca di sebelah barang gedung

Arca singa bertuliskan huruf Cina

Bagaimana ya cara memahat bentuk mulut? Detail bentuk giginya


Lengkap dengan bentuk ekor




Dan ada satu benda yang membuat saya sangat mengaguminya. Sebuah meja batu kecil berukuran sekitar panjang 60 cm dan lebar 30 cm. Bentuknya sangat rapi, simetris, permukaannya rata dan halus, serta ada ukiran di bagian bawah. Saya sempat membayangkan bagaimana cara membuatnya pada waktu itu dan dengan alat seperti apa. Batu andhesit yang sangat keras seperti itu, diolah oleh tangan terampil dan hasil dari desain seni masa lampau. Sangat indah!

Permukaan sangat halus

Simetris, bentuk siku sangat rinci


Namun sayang sekali, saya juga mendapatkan hal yang sangat miris. Entah mungkin karena ruang museum Wajakensis Tulungagung yang terbatas, ada beberapa benda purbakala lain yang ditempatkan tidak semestinya. Diletakkan saja di belakang bangunan museum dan dijadikan alas untuk menumpuk barang – barang yang lain. Semoga pihak pengelola museum Wajakensis lebih memperhatikan hal ini!




Saya lihat bangunan baru yang merupakan perluasan dari museum Wajakensis sudah jadi, tetapi masih kosong belum diisi. Memang menurut saya museum Wajakensis ini ukurannya lebih mirip dengan rumah petak. Terlalu sempit dengan koleksi benda purbakala yang cukup banyak.

Bagi kalian yang ingin berkunjung ke museum Wajakensis di Tulungagung silahkan berkunjung ya. Lokasinya sangat mudah dijangkau. 

Jam Kunjung Museum Wajakensis Tulungagung


Semoga kita selalu menjaga, melestarikan, dan tidak lupa dengan cagar budaya serta sejarah dari leluhur kita.



1 komentar: