Rabu, 21 Februari 2018

Candi Dadi



Tentu sangat menyenangkan bila mempunyai teman yang juga menaruh minat yang sama dengan kita. Saya sangat suka dengan peninggalan jaman kuno, baik itu prasasti, candi maupun situs – situs bersejarah lainnya. Terutama peninggalan kerajaan Majapahit. Kami berencana mengunjungi candi Dadi, salah satu candi yang terletak di bukit Walikukun Tulungagung.


Ada dua rute untuk menuju candi Dadi di Tulungagung yang kami harus menempuhnya melewati bukit Walikukun ini, jalur barat dan jalur timur. Dan kami memutuskan untuk melewati jalur timur. Setelah parkir kendaraan kami segera masuk lokasi bukit Walikukun. Ada gapura yang terbuat dari batu.


Melewati anak tangga kami mulai naik menelusuri dengan penuh semangat di pagi hari yang sangat cerah. Setelah anak tangga yang kami lewati habis, kami pun mulai berjalan melewati jalan setapak di area yang rimbun dengan pohon mirip hutan. Sangat menyenangkan bagai berjalan di masa lalu. Hehehe.

Jalan menuju candi Dadi Tulungagung



Sampai akhirnya kami sampai di tempat yang lapang, dengan pemandangan yang sangat indah. Sampai betah berlama – lama di tempat ini. Bahkan nyaris satu jam di sini. Hahaha.

Pemandangan di bukit Walikukun




Setelah sadar bahwa harus melepas pemandangan yang indah itu, kami melanjutkan perjalanan. Kami menaiki bukit, namun makin lama yanga ada malah semak – semak belukar yang tinggi. Dan kami kesasar!  Sempat bingung dan balik arah akhirnya kami menemukan jalan yang benar untuk sampai ke candi Dadi.


Semakin lama jalan yang kami tempuh semakin menanjak dan curam. Terlebih ada beberapa genangan air yang membuat jalan tanah sedikit licin. Beberapa kali kami harus istirahat sejenak, karena teman saya juga agak pucat wajahnya. Hehehe.


Dan seolah berpagar semak – semak serta pepohonan, candi Dadi mulai terlihat.


Sampai juga di candi Dadi, yuhuuuu. Girang deh.

Candi Dadi Tulungagung



Salah satu sudut candi Dadi




Menurut keterangan yang ada, candi Dadi diperkirakan dibangun pada akhir masa Majapahit. Berupa tumpukan batu besar yang megah berada di puncak bukit. Tidak ada relief, namun ada sumuran yang besar di atas candi. Sayang sekali saya tidak bisa memanjat candi untuk melihat sumuran itu.


Cukup unik candi ini dibangun di atas runtuhan batu. Namun sangat kokoh dan rapi penyusunannya. Bisa jadi, bebatuan yang ada di sekitar candi Dadi ini merupakan sisa – sisa batu untuk membuat candi Dadi.





Tanah tempat berdirinya candi Dadi juga diberi pagar dengan batu – batu besar. Sangat mungkin supaya tidak ambrol sehingga candi tidak ambruk juga. Luar biasa ya sang insiyur teknik sipil waktu itu. Namun pada sisi lainnya tidak saya temukan, mungkin sudah tertimbun tanah tetapi masih ada.




Bagi orang awam mungkin candi Dadi hanya berupa tumpukan batu besar saja. Tetapi bagi saya pribadi candi Dadi merupakan karya seni yang agung, sangat menarik. Lekukan pahatan batu yang rapi dan indah.


Awan mendung terlihat, kami memutuskan untuk turun bukit. Karena bila sudah turun hujan tetapi masih dalam perjalanan turun dari candi maka akan merepotkan. Hanya ada satu payung kecil yang kami bawa. Hehehe. Romantis, so sweet.


Tetapi lagi – lagi kami kesasar, jalan berbeda kami tempuh. Lebih curam, tetapi ujungnya ternyata adalah jalur ke candi lewat jalur barat. Sedangkan tadi kami berangkat lewat jalur sebelah timur. Hujan pun turun. 

Episode get lost selesai.


1 komentar: