Hampir
semua orang pasti pernah mendengar atau mengetahui tentang kisah Atlantis,
namun mungkin masih banyak yang tidak mengenal peradaban kuno Doggerland yang
dianggap merupakan urat nadi peradaban di Eropa hingga akhirnya tenggelam
akibat naiknya permukaan laut yang membentuk garis pantai UK saat ini.
Bentuk
peradaban apakah yang ada di Doggerland? dan dimanakah letak posisinya saat
ini? Doggerland adalah sebuah daratan yang luas yang terletak pada ujung utara
skotlandia, Denmark dan kepulauan Channel. Diyakini bahwa daratan ini dihuni
oleh puluhan ribu penduduk sebelum akhirnya tersapu oleh air laut, tenggelam
kedasar laut utara ribuan tahun yang lalu.
Sekarang
peradaban Doggerland yang hilang tersebut telah diciptakan kembali dalam bentuk
simulasi komputer 3D oleh tim ahli dari Skotlandia, proyek ini telah berjalan
selama 15 tahun yang dikerjakan oleh para peneliti dari St Andrews, Dundee dan
Aberdeen University. Hasil dari kerja mereka telah dipamerkan di London pada
pameran Royal Society Summer Science pada tahun 2012 silam.
"Nama yang
diberikan adalah tepi Doggerland namun itu berlaku untuk salah satu dari
beberapa periode dimana saat itu laut utara masih berupa daratan" ujar Dr
Richard Bates dari St Andrews University.
"Batas
maximum nya adalah sekitar 20 ribu tahun walaupun mungkin sebahagian dari
wilayah tersebut tertutup oleh es, dan ketika es mencair semakin banyak daratan
yang terungkap tapi permukaan laut juga ikut naik" tambah Dr Richard
Bates.
Mendapat
bantuan dari perusahaan minyak dan gas berupa data, membuat tim peneliti mampu
untuk membuat perkiraan landskap dataran tersebut, dan tidak mengherankan
mengapa ditemukan fosil mammoth dan rusa disana. oleh karena hal itu mereka
dapat mereka tipe penduduk yang hidup disana.
Fosil
dari tulang mammoth menunjukkan bahwasanya daratan tersebut dulunya adalah
berupa lembah dan perbukitan yang kemudian tenggelam menjadi dasar lautan.
Diperkirakan umur daratan ini sezaman dengan atlantis dan secara komplit
tenggelam didasar lautan pada masa 10-8.000 tahun yang lalu saat kepulauan
Inggris terbentuk.
Dihuni
puluhan ribu manusia purba. Diduga sebagai 'jantung' Eropa.
Selama
ribuan tahun manusia berusaha menelusuri keberadaan Atlantis atau Atlas, kota
berperadaban maju yang diungkap Plato dalam bukunya, "Timaeus" dan
"Critias", yang tenggelam hanya dalam waktu sehari semalam. Namun
hingga saat ini belum ada titik terang.
Meski
tak berkaitan langsung dengan Atlantis yang melegenda, baru-baru ini, tim
penyelam dan ilmuwan dari Univesity of St Andreews, Inggris mengungkap temuan
tentang dunia bawah air yang tenggelam di Laut Utara sekitar 6.500 Sebelum
Masehi, atau lebih dari 8.500 tahun lalu. Dijuluki "Atlantis"
Inggris.
Disebut
Doggerland, ia adalah daratan yang luas dan kering yang terbentang dari
Skotlandia hingga Denmark, yang tenggelam di bawah air.
Tim
yang terdiri dari ahli iklim, arkeolog, dan geofisikawan saat ini sedang
memetakan area bawah laut itu, berdasarkan data yang didapatkan oleh perusahaan
minyak yang mengeksplorasi kawasan tersebut. Para ilmuwan juga menemukan, di
masa lalu daratan tersebut juga menjadi tempat hidup mammoth -- gajah purba
berukuran raksasa. Juga rusa.
Bagaimana
dengan manusia yang ada di sana? Para peneliti memperoleh gambaran, daratan
yang tenggelam ini sebelumnya memiliki populasi hingga puluhan ribu orang.
Mereka hidup di area yang membentang dari selatan Skotlandia, melewati Denmark,
dan bawah Selat Inggris, hingga Channel Island.
Dengan
populasi sedemikian banyak, area tersebut di masa lalu diduga sebagai 'jantung'
Eropa, yang lenyap diduga karena terjangan tsunami dahysat. "Kami bisa
memahami orang-orang yang hidup saat itu," kata Richard Bates, ilmuwan
dari University of St Andrews, seperti dimuat Daily Mail, 3 Juli 2012.
Fakta
dan data soal kota yang tenggelam itu sekaligus menjadi bukti, bahwa kenaikan
level air laut telah terjadi sejak lama. "Orang-orang kelihatannya
berpikir kenaikan level air laut adalah hal yang baru-- tapi itu adalah bagian
dari siklus sejarah Bumi yang terjadi beberapa kali," kata Bates.
Bates
menambahkan, penelitian juga menguak misteri Laut Utara yang telah lama menjadi
pertanyaan para ilmuwan. "Selama bertahun-tahun kami telah berspekulasi
tentang eksistensi daratan yang hilang, berdasarkan tulang yang terjaring para
nelayan di Laut Utara. Namun baru ketika kerjasama dilakukan dengan perusahaan
minyak, kami mendapat gambaran seperti apa bentuknya."
Saat
ini para ilmuwan telah berhasil membuat model flora dan manusia di masa itu,
juga membuat gambaran manusia purba yang tinggal di sana dan memahami peristiwa
dramatis yang mengubah daratan tersebut untuk selamanya, termasuk, kenaikan
level air laut dan tsunami dahsyat.
Sebuah
pameran juga digelar, untuk menampilkan cara hidup penduduk Mesolitikum dari
Doggerland, melalui artefak yang ditemukan jauh di dasar laut. Termasuk,
potongan batu api digunakan oleh manusia kala itu.
Sementara,
rekonstruksi menunjukkan gambaran tentang daratan yang berbentuk bukit dan
lembah, rawa dan danau luas, dan sungai-sungai besar membentuk garis pantai
yang kompleks.
Saat
permukaan laut naik, bukit-bukit itu menjadi pulau terisolasi. Dengan meneliti
data fosil, seperti serbuk sari, mikrofauna dan makrofauna - para peneliti
dapat mengetahui apa jenis vegetasi tumbuh di Doggerland dan apa saja hewan
yang berkeliaran di sana.
Tim
peneliti saat ini sedang menyelidiki lebih banyak tentang perilaku manusia
Doggerland, termasuk misteri batu tegak yang diduga sebagai kuburan raksasa.
"Kami
belum menemukan 'lokasi x' yang bisa dijadikan penanda atau landmark. Namun,
kami telah menemukan banyak artefak dan fitur-fitur terendam yang sulit
dijelaskan itu terbentuk secara alami, seperti gundukan yang dikelilingi parit
dan fosil tunggul pohon di dasar laut," kata Bates.
Dia
mengakui, hanya sedikit bukti yang masih tersisa, lebih banyak yang terkikis di
bawah laut.
Menarik
perhatian sejak 1931
Potensi
keberadaan peninggalan arkeologi di wilayah Doggerland sejatinya telah menjadi
bahan perbincangan di awal abad ke-20. Saat itu palaeobiolog, Clement Reid pada
tahun 1913 telah mempelajari fosil tumbuhan purba yang terangkat dari lokasi
itu.
Namun,
ia baru menarik perhatian publik secara luas pada 1931, saat kapal trol
komersial tak sengaja menjaring tengkorak tanduk berduri. Kapal lain mengangkat
sisa-sisa mammoth dan singa. Juga alat prasejarah dan senjata yang digunakan
oleh penduduk di kawasan itu.
Pada
tahun 1990-an, Profesor Bryony Coles menamakan area itu,
"Doggerland".
Penduduk
Doggerland adalah sekelompok pemburu dan pada masa kini para pelaut dan nelayan
di laut utara masih sering menemukan peninggalan artifak dari Doggerland berupa
alat-alat untuk melakukan pekerjaan buat manusia saat itu seperti tombak, kapak
dan potongan-potongan batu pembuat api.
Pada
pameran yang mereka lakukan pada bulan Juni yang lalu mereka memamerkan
artefak-artefak yang asli seperti gigi dan tulang hewan serta harpoon (tombak
untuk berburu ikan), tombak, serta batu pemantik api. Kemungkinan Doggerland
tenggelam bisa disebabkan oleh banjir besar nabi Nuh, komet yang menghantam
bumi atau juga berakhirnya zaman es yang mengakibatkan naiknya permukaan laut
secara signifikan.