Kamis, 13 November 2014

Hampir semua orang pasti pernah mendengar atau mengetahui tentang kisah Atlantis, namun mungkin masih banyak yang tidak mengenal peradaban kuno Doggerland yang dianggap merupakan urat nadi peradaban di Eropa hingga akhirnya tenggelam akibat naiknya permukaan laut yang membentuk garis pantai UK saat ini.


Bentuk peradaban apakah yang ada di Doggerland? dan dimanakah letak posisinya saat ini? Doggerland adalah sebuah daratan yang luas yang terletak pada ujung utara skotlandia, Denmark dan kepulauan Channel. Diyakini bahwa daratan ini dihuni oleh puluhan ribu penduduk sebelum akhirnya tersapu oleh air laut, tenggelam kedasar laut utara ribuan tahun yang lalu.

Sekarang peradaban Doggerland yang hilang tersebut telah diciptakan kembali dalam bentuk simulasi komputer 3D oleh tim ahli dari Skotlandia, proyek ini telah berjalan selama 15 tahun yang dikerjakan oleh para peneliti dari St Andrews, Dundee dan Aberdeen University. Hasil dari kerja mereka telah dipamerkan di London pada pameran Royal Society Summer Science pada tahun 2012 silam.


"Nama yang diberikan adalah tepi Doggerland namun itu berlaku untuk salah satu dari beberapa periode dimana saat itu laut utara masih berupa daratan" ujar Dr Richard Bates dari St Andrews University.

"Batas maximum nya adalah sekitar 20 ribu tahun walaupun mungkin sebahagian dari wilayah tersebut tertutup oleh es, dan ketika es mencair semakin banyak daratan yang terungkap tapi permukaan laut juga ikut naik" tambah Dr Richard Bates.

Mendapat bantuan dari perusahaan minyak dan gas berupa data, membuat tim peneliti mampu untuk membuat perkiraan landskap dataran tersebut, dan tidak mengherankan mengapa ditemukan fosil mammoth dan rusa disana. oleh karena hal itu mereka dapat mereka tipe penduduk yang hidup disana.

Fosil dari tulang mammoth menunjukkan bahwasanya daratan tersebut dulunya adalah berupa lembah dan perbukitan yang kemudian tenggelam menjadi dasar lautan. Diperkirakan umur daratan ini sezaman dengan atlantis dan secara komplit tenggelam didasar lautan pada masa 10-8.000 tahun yang lalu saat kepulauan Inggris terbentuk.



Dihuni puluhan ribu manusia purba. Diduga sebagai 'jantung' Eropa.

Selama ribuan tahun manusia berusaha menelusuri keberadaan Atlantis atau Atlas, kota berperadaban maju yang diungkap Plato dalam bukunya, "Timaeus" dan "Critias", yang tenggelam hanya dalam waktu sehari semalam. Namun hingga saat ini belum ada titik terang.

Meski tak berkaitan langsung dengan Atlantis yang melegenda, baru-baru ini, tim penyelam dan ilmuwan dari Univesity of St Andreews, Inggris mengungkap temuan tentang dunia bawah air yang tenggelam di Laut Utara sekitar 6.500 Sebelum Masehi, atau lebih dari 8.500 tahun lalu. Dijuluki "Atlantis" Inggris.

Disebut Doggerland, ia adalah daratan yang luas dan kering yang terbentang dari Skotlandia hingga Denmark, yang tenggelam di bawah air.

Tim yang terdiri dari ahli iklim, arkeolog, dan geofisikawan saat ini sedang memetakan area bawah laut itu, berdasarkan data yang didapatkan oleh perusahaan minyak yang mengeksplorasi kawasan tersebut. Para ilmuwan juga menemukan, di masa lalu daratan tersebut juga menjadi tempat hidup mammoth -- gajah purba berukuran raksasa. Juga rusa.

Bagaimana dengan manusia yang ada di sana? Para peneliti memperoleh gambaran, daratan yang tenggelam ini sebelumnya memiliki populasi hingga puluhan ribu orang. Mereka hidup di area yang membentang dari selatan Skotlandia, melewati Denmark, dan bawah Selat Inggris, hingga Channel Island.

Dengan populasi sedemikian banyak, area tersebut di masa lalu diduga sebagai 'jantung' Eropa, yang lenyap diduga karena terjangan tsunami dahysat. "Kami bisa memahami orang-orang yang hidup saat itu," kata Richard Bates, ilmuwan dari University of St Andrews, seperti dimuat Daily Mail, 3 Juli 2012.

Fakta dan data soal kota yang tenggelam itu sekaligus menjadi bukti, bahwa kenaikan level air laut telah terjadi sejak lama. "Orang-orang kelihatannya berpikir kenaikan level air laut adalah hal yang baru-- tapi itu adalah bagian dari siklus sejarah Bumi yang terjadi beberapa kali," kata Bates.

Bates menambahkan, penelitian juga menguak misteri Laut Utara yang telah lama menjadi pertanyaan para ilmuwan. "Selama bertahun-tahun kami telah berspekulasi tentang eksistensi daratan yang hilang, berdasarkan tulang yang terjaring para nelayan di Laut Utara. Namun baru ketika kerjasama dilakukan dengan perusahaan minyak, kami mendapat gambaran seperti apa bentuknya."

Saat ini para ilmuwan telah berhasil membuat model flora dan manusia di masa itu, juga membuat gambaran manusia purba yang tinggal di sana dan memahami peristiwa dramatis yang mengubah daratan tersebut untuk selamanya, termasuk, kenaikan level air laut dan tsunami dahsyat.

Sebuah pameran juga digelar, untuk menampilkan cara hidup penduduk Mesolitikum dari Doggerland, melalui artefak yang ditemukan jauh di dasar laut. Termasuk, potongan batu api digunakan oleh manusia kala itu.

Sementara, rekonstruksi menunjukkan gambaran tentang daratan yang berbentuk bukit dan lembah, rawa dan danau luas, dan sungai-sungai besar membentuk garis pantai yang kompleks.

Saat permukaan laut naik, bukit-bukit itu menjadi pulau terisolasi. Dengan meneliti data fosil, seperti serbuk sari, mikrofauna dan makrofauna - para peneliti dapat mengetahui apa jenis vegetasi tumbuh di Doggerland dan apa saja hewan yang berkeliaran di sana.

Tim peneliti saat ini sedang menyelidiki lebih banyak tentang perilaku manusia Doggerland, termasuk misteri batu tegak yang diduga sebagai kuburan raksasa.

"Kami belum menemukan 'lokasi x' yang bisa dijadikan penanda atau landmark. Namun, kami telah menemukan banyak artefak dan fitur-fitur terendam yang sulit dijelaskan itu terbentuk secara alami, seperti gundukan yang dikelilingi parit dan fosil tunggul pohon di dasar laut," kata Bates.

Dia mengakui, hanya sedikit bukti yang masih tersisa, lebih banyak yang terkikis di bawah laut.

Menarik perhatian sejak 1931

Potensi keberadaan peninggalan arkeologi di wilayah Doggerland sejatinya telah menjadi bahan perbincangan di awal abad ke-20. Saat itu palaeobiolog, Clement Reid pada tahun 1913 telah mempelajari fosil tumbuhan purba yang terangkat dari lokasi itu.

Namun, ia baru menarik perhatian publik secara luas pada 1931, saat kapal trol komersial tak sengaja menjaring tengkorak tanduk berduri. Kapal lain mengangkat sisa-sisa mammoth dan singa. Juga alat prasejarah dan senjata yang digunakan oleh penduduk di kawasan itu.

Pada tahun 1990-an, Profesor Bryony Coles menamakan area itu, "Doggerland".

Penduduk Doggerland adalah sekelompok pemburu dan pada masa kini para pelaut dan nelayan di laut utara masih sering menemukan peninggalan artifak dari Doggerland berupa alat-alat untuk melakukan pekerjaan buat manusia saat itu seperti tombak, kapak dan potongan-potongan batu pembuat api.

Pada pameran yang mereka lakukan pada bulan Juni yang lalu mereka memamerkan artefak-artefak yang asli seperti gigi dan tulang hewan serta harpoon (tombak untuk berburu ikan), tombak, serta batu pemantik api. Kemungkinan Doggerland tenggelam bisa disebabkan oleh banjir besar nabi Nuh, komet yang menghantam bumi atau juga berakhirnya zaman es yang mengakibatkan naiknya permukaan laut secara signifikan.



Doggerland : Atlantis Yang Hilang

Read More

Kamis, 06 November 2014





Perkembangan smartphone saat ini sudah sampai pada taraf yang membuat orang menjadi kecanduan olehnya. Tak sedikit orang dibuat memiliki dunianya sendiri. Tapi awas, penggunaan smartphone yang berlebihan bisa membuat stres.

Beberapa di antara pengguna ponsel menunjukkan adanya gejala stres. Apakah Anda salah satunya? Ketahui dengan mengenal lima tanda ini, seperti dikutip dari Huffington Post.

1. Merasa Ada Kebutuhan Harus Segera Merespon

Setiap ada email, online chat atau notifikasi di social media, Anda merasa harus segera meresponnya meskipun tidak terlalu darurat. Apabila aktivitas di dunia maya sampai mengganggu interaksi sosial Anda di dunia nyata, baik itu saat presentasi kerja, kuliah atau bersenda gurau dengan teman, merupakan indikasi bahwa perilaku Anda menjadi kompulsif.

Ada baiknya jika sesekali Anda menjauhkan diri dari gadget kesayangan. Sekadar untuk menyadari bahwa tidak semua pesan teks harus segera dibalas.

2. Mengalami Gejala Phantom Cellphone Syndrome

Sindrom ini ditandai dengan gejala; Anda yakin merasakan telepon bergetar di dalam tas, tapi saat mengambilnya, tidak ada satu pun notifikasi. Sindrom Phantom adalah suatu gejala Anda mengalami kecanduan teknologi dan saat ini telah menjangkiti sebagian besar orang yang menggunakan ponsel pintar.

Sebuah studi yang dilakukan di Indiana University menemukan ada 89 persen pelajar dan mahasiswa pernah mengalami 'vibrasi palsu' saat membawa-bawa ponsel mereka.

3. Gelisah karena Social Media

Seseorang yang terus menerus memikirkan apa yang dilakukan orang lain di social media, berita atau kabar apa saja yang beredar di dunia maya, atau melihat postingan foto orang setiap menit bisa dibilang telah 'terjangkit' FOMO (fear of missing out).

FOMO juga tidak bisa menahan hasratnya untuk selalu mengecek News Feed atau timeline. Ketika mem-posting sesuatu, dia akan mengharapkan ada reply atau komentar dari akun social media yang lainnya. Dia akan merasa gelisah apabila ada orang lain yang mendapat banyak respon begitu satu menit memposting sesuatu.

4. Cuek dengan Orang yang Ada di Hadapannya

Hampir semua orang yang punya smartphone mungkin pernah melakukannya. Anda makan malam bersama teman atau keluarga di restoran, dengan ponsel berada di samping piring. Apapun yang dibicarakan orang di depan atau samping Anda menjadi tidak menarik dan Anda asyik sendiri larut dalam dunia maya yang ada di genggaman tangan.

Merespon reply, online chat atau BBM boleh saja. Tapi Anda tidak harus terus menerus mengecek ponsel hanya untuk melihat, apakah foto yang baru Anda posting mendapat komentar atau tidak. Perilaku ini jelas bisa menjauhkan Anda dari orang-orang terdekat dan hubungan pertemanan bisa merenggang. Untuk menghindarinya, buatlah resolusi untuk bebas satu atau dua jam saja dari smartphone saat bersama orang terdekat.

5. Cemas Jika Jauh dari Ponsel

Gejala ini biasa disebut dengan nomophobia, yaitu sebutan bagi mereka yang tidak bisa hidup tanpa ponsel atau jaringan internet. Ditandai dengan tidak sanggup mematikan atau menon-aktifkan ponsel, mengisi ulang baterai dalam jarak waktu yang berdekatan dan tidak bisa meninggalkan ponsel bahkan saat ke kamar mandi.


Apabila sampai pada tahap yang parah hingga menyebabkan stres atau depresi, maka gangguan mental ini sebaiknya segera di atasi dengan bantuan psikolog atau psikitater.

Gejala stres karena smartphone

Read More

Minggu, 02 November 2014


Pada kesempatan ini saya akan berbagi tips dalam membuat efek colour splash menggunakan adobe photosop. Kali ini saya menggunakan Photoshop CS 4.


Langsung saja ya langkahnya :

11. Buka foto yang akan anda edit.
      
22. Duplikat layer, CTRL + J

     



33. Pada kanan bawah pilih “Creat New Fill or Adjusment Layer”, lalu pilih Channel mixer.



44. Centang “Monochrome”, dan foto anda akan berubah menjadi hitam putih.
        

      


55. Ubah warna background, dengan tekan tombol huruf “X” pada keyboard anda.

     

66. Gunakan “Brush” (tekan tombol “B” pada keyboard anda), lalu hapuskan pada area yang ingin anda kembalikan ke warna aslinya.

     

     

7 7. Jika sudah selesai, CTRL + E untuk menggabungkan layer dan simpan foto.

    Selamat mencoba, semoga bermanfaat  :)

    
     



Tips efek Colour Splash Photoshop

Read More