Jumat, 31 Oktober 2014

Efek Bullying Gangguan Kesehatan Jangka Panjang




Anak-anak yang dibully, dapat mengalami trauma kronis dan sistematis hingga dewasa, sedangkan bullysendiri, dapat meningkatkan status sosial seseorang dalam pergaulan. Penelitian ini dilakukan oleh Duke medicine.


Penelitian ini, yang dilakukan bersama Universitas Warwick, Universitas North Carolina di Chapel Hill, dan Universitas Emory, dipublikasikan secara online di Proceedings of the National Academy of Sciences pada bulan 12 Mei 2014.


“Penemuan kami tertuju pada konsekuensi gangguan kesehatan yang timbul karena bullying, dan dengan melakukan penelitian tentang penanda peradangan, menghasilkan potensi mekanisme tentang bagaimana interaksi sosial dapat berakibat pada gangguan kesehatan tubuh,” kata William E. Copeland, Ph.D., dari asosiasi professor psikiatris dan ilmu tingkah laku di Universitas Sekolah Farmasi Duke.


Penelitian sebelumnya telah mensugesti bahwa korban bullying pada anak-anak menderita konsekuensi emosional dan sosial menuju kedewasaan, termasuk kenaikkan depresi dan kegelisahan. Belum lagi anak yang dibullying juga mengeluhkan gangguan kesehatan, seperti kerentanan dalam mudah terserang penyakit yang dapat memperpanjang diluar hasil psikologi.


“Diantara korban bullying, sepertinya dapat berimbas pada kesehatan di saat dewasa,” kata Copeland. “Di penelitian ini, kami bertanya-tanya. Apakah bullying disaat masa kana-kanak dapat mempengaruhi kesehatan psikis.”


Copeland dan rekan-rekannya menggunakan data dari Great Smoky Mountains Study, populasi berdasar penelitian yang sudah mengumpulkan informasi sejauh 1420 individu untuk lebih dari 20 tahun. Individu dipilih secara acak untuk berpartisipasi dalam studi secara prospektif, dan untuk itu kita tidak berada di dalam resiko yang tinggi mengenai penyakit mental atau di bully.


Para peserta diwawancarai mengenai masa kanak-kanak, remaja, dan pemudanya tentang pengalaman dengan bullying. Para peneliti juga mengoleksi contoh darah para peserta untuk melihat apakah ada factor biologis dibalik semua itu. Dari darah itu, para peneliti meneliti tentang C-reactive protein (CRP), penanda tingkat-rendah peradangan dan factor resiko tentang gangguan kesehatan termasuk kelainan pada pencernaan dan kerja jantung.


“Level CRP yang diakibatkan oleh berbagai macam stress, termasuk kurang gizi, kurang tidur, dan infeksi, tapi kita menemukan kesinambungan dengan factor psikososial,” kata Copeland. “Dengan mengontrol  peserta level CRP, bahkan sebelum melibatkan bullying, kita mendapat pengertian yang jelas bagaimana bullying dapat mengubah lintasan tentang level CRP.”


Tiga grup peserta yang sudah di analisis: korban bullying, adalah mereka yang pernah membully dan pernah menjadi korban, dan mereka yang murni membully. Meskipun begitu, level CRP meningkat di semua grup ketika mereka menuju masa dewasa, korban bullying di masa kanak-kanak memiliki level CRP yang lebih tinggi sama seperti orang dewasa, daripada yang ada di lain grup.


Pemuda yang pernah menjadi korban bullying dan pembully saat anak-anak, mempunyai level CRP yang yang mirip dengan mereka yang tidak pernah terlibat bullying, sedangkan pembully mempunyai level CRP terendah, bahkan lebih rendah daripada mereka yang tidak pernah terlibat dalam bullying. Meskipun menjadi pembully dan  meningkatkan status sosial lewat interaksi ini dapat memproteksi naiknya penanda infeksi.


Sedangkan bullying itu lebih dirasakan lebih ringan daripada kekerasan anak-anak atau kesalahan perawatan. Pencarian bahwa kalau bullying dapat mengganggu tingkat infeksi pada masa dewasa. Mirip pada yang terlihat pada bentuk lain ketika trauma pada masa kecil.


“Penelitian kami menemukan bahwa peran anak-anak dalam bullying dapat menghasilkan resiko atau faktor protrektif untuk peradangan tingkat rendah,” kata Copeland. “Menaikkann status sosial sepertinya memberikan keuntungan biologis. Meskipun begitu, ada cara bagaimana anak-anak memperoleh popularitas tanpa melakukan bullying.”


Penelitian tersebut menyimpulkan mengurangi bullying sama dengan mengurangi infeksi pada korbanbullying. Hal tersebut adalah target kunci untuk mempromosikan kesehatan psikologi dan emosional, serta mengurangi resiko penyakit yang berkaitan dengan peradangan.


Sumber : kompasmuda.com

1 komentar: