Poster dari Wikipedia |
Judul
film : Coco
Sutradara
: Lee Unkrich
Produser
: Darla K .Anderson
Skenario : Adrian Molia, Matthew
Aldrich
Pemain : Anthony Gonzales, Gael
Garcia Bernal, Benjamin Bratt, Alana Ubach, Renee Victor, Ana Ofelia Murguia
Rumah
Produksi : Walt Disney Pictures,
Pixar Animation Studios
Tanggal
rilis : 22 November 2017
Coco adalah film animasi tiga dimensi produksi Pixar
Animation Studios, dan dirilis oleh Walt Disney Pictures. Dibintangi oleh aktor belia Anthony Gonzales,
Gael Garcia Bernal, Benjamin Bratt, Alana Ubach, Renee Victor, dan Ana Ofelia
Murguia. Dengan ide dasar hari perayaan orang mati, skenario yang dibuat oleh
Adrian Molina dan Matthew Aldrich ini akan mengantarkan kita masuk ke alam
arwah namun tidak menyeramkan. Justru dengan arahan sutradara Lee Unkrich, ada perjalanan
yang menyentuh emosi disajikan dalam film ini.
Film ini mengambil latar di sebuah desa di Meksiko
bernama Santa Cecillia. Coco sendiri sebenarnya adalah nama seorang nenek yang
sudah tua renta. Keluarga besar Coco mempunyai usaha pembuatan sepatu yang
diwariskan secara turun – temurun. Coco memiliki seorang cicit bernama Miguel
Rivera, yang sangat ingin menjadi seorang seniman di bidang musik dan mengagumi
seorang musisi Meksiko yang sudah melegenda bernama Ernesto de la Cruz. Di sela
– sela waktunya bekerja sebagai tukang semir sepatu, Miguel yang masih bocah berusia
dua belas tahun ini secara diam- diam belajar bermain gitar di sebuah tempat
tersembunyi. Hal itu dia lakukan karena tradisi keluarganya yang anti dengan
musik.
Semangat Miguel untuk menjadi musisi sangatlah kuat.
Ketika ada kesempatan untuk mengikuti
sebuah audisi musik di alun - alun, dia tak akan melewatkan kesempatan itu.
Bagi Miguel kesempatan tidak akan datang dua kali. Proses untuk mengikuti
audisi musik tidak berjalan mulus bagi Miguel, karena bertepatan dengan hari
Dia de los Muertos. Hari di mana arwah para leluhur akan kembali pulang untuk
melihat keluarganya yang masih hidup. Orang – orang akan memajang foto almarhum
leluhur meraka yang sudah meninggal di ruang sembahyang di rumah masing –
masing. Dan pada hari itulah Miguel secara mengejutkan bisa masuk ke dalam
dunia arwah.
Di dalam dunia arwah, Miguel harus melakoni
petualangannya. Dia harus bisa mendapatkan restu arwah leluhurnya untuk bisa
kembali ke dunia nyata. Dalam perjuangannya itu, Miguel bertemu dengan arwah
sosok yang dikaguminya selama ini. Dan tentu akhirnya dia bisa menguak misteri
siapa sebenarnya wajah foto yang robek
di ruang sembahyang rumahnya.
Film ini dari awal sebenarnya sudah menghadirkan
keunikan tersendiri. Judul film merupakan seorang tokoh di film ini juga, namun
tokoh utamanya justru diperankan oleh nama yang lain. Sehingga selama kita
menikmati cerita dalam film ini, kita akan lupa siapa Coco, dan mengapa film
ini diberi judul Coco. Jawaban dari pertanyaan itu secara tiba – tiba muncul
dari tokoh yang tidak diperhitungkan sebelumnya. Dan penonton pasti akan
bergumam, “Oh, jadi dia orangnya.”
Sebagai hasil dari garapan Pixar Animation Studios,
film Coco mempunyai tampilan yang sangat bagus dan karakter tokohnya menjadi
lebih hidup. Detail wajah sebagai contohnya. Pada sosok nenek Coco yang sudah
tua renta, detail kulit keriput ditambah postur yang bungkuk membuat saya
trenyuh melihatnya sebagai orang yang tinggal menghabiskan masa tuanya. Sedangkan
pada tokoh Miguel, ini yang membuat saya kagum. Pada sosok bocah ini, pada
bagian atas mulut bagian kiri ada tahi lalat. Bagi saya hal itu bagaimana film
animasi ini membuat tokoh yang mempunyai ciri khas. Belum lagi sosok arwah
dalam bentuk rangka dan tengkorak, yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak
tampak menyeramkan. Bila kalian sedikit jeli saat menonton, kalian akan melihat
beberapa figur animasi dari film lain buatan Pixar Animation Studios ada di
dalam film ini. Walaupun hanya sekilas.
Karena setting lokasi pada film ini berada di negara
Meksiko maka jangan heran ada ungkapan dalam bahasa Latin yang khas. Selain itu
juga musik khas negri Sombrero dengan alunan suara gitar yang cepat dan riang,
akan banyak mengalun dalam film Coco. Membuat saya menggerakkan jari – jari kaki
untuk mengimbangi alunan iramanya.
Karena merupakan sebuah film animasi, maka ada
pengisi suara dalam pembuatan film ini tentunya. Beberapa diantaranya merupakan
orang Meksiko, salah satunya adalah Anthony Gonzales yang menjadi pengisi suara
untuk Miguel. Walaupun berkebangsaan Meksiko, Anthony Gonzales mempunyai
kemampuan berbahasa Inggris yang sangat baik untuk mengisi dialog film Coco.
Awal cerita film ini menyajikan suasana masyarakat menengah
di pedesaan. Suatu pesan untuk tidak meninggalkan kearifan lokal. Sajian musik
latin, topi lebar sombrero, merupakan salah satu promosi untuk menampilkan
budaya Meksiko ke dunia internasional. Hal yang patut ditiru oleh pembuat film
di Indonesia, di mana beberapa film
malah mengambil lokasi syuting di luar negri.
Awalnya saya menganggap film Coco merupakan film
untuk anak – anak. Tetapi saya salah. Film ini layak ditonton untuk semua
kalangan, anak – anak hingga dewasa. Ada hal yang menarik pada bagian awal
film. Saat Miguel melihat rekaman film Ernesto de la Cruz, dia melihat adengan
orang berciuman di rekaman itu. Lalu Miguel memicingkan matanya. Mengisyaratkan
bahwa Miguel memang masih belum layak untuk melihat adegan itu. Satu pesan
moral dari film Coco.
Tidak bisa dipungkiri film Coco sarat akan pesan di
dalamnya. Pesan mengenai tradisi yang tidak boleh dilupakan, yaitu mengenang
leluhur yang telah mendahului kita. Tetap mengingat dan mendoakan mereka. Dalam
film ini dikisahkan dalam wujud perayaan hari Dia de los Muertos. Mungkin kalau
di Indonesia bisa dianalogikan semacam tradisi selamatan untuk orang yang telah
meninggal.
Selain itu kita juga diberi pesan untuk
mempertahankan apa yang diwariskan oleh keluarga kita. Secara turun – temurun,
keluarga besar nenek Coco mempertahankan usaha pembuatan sepatu, walaupun hanya
sekelas industri kecil saja.
Mengejar impian dan berusaha mewujudkannya,
merupakan salah satu pesan utama dalam film Coco. Bagaimana sosok Miguel yang
berambisi menjadi seorang musisi, yang jelas sangat ditentang oleh semua
anggota keluarganya. Selama impian itu tidak merugikan orang lain tentu kita
semua mempunyai hak untuk berusaha menggapainya dengan cara yang benar. Karena
bila kita berbuat curang, maka suatu saat apa yang kita raih akan sirna juga.
Skenario yang ditampilkan menurut saya juga sangat
bagus. Di sepanjang film, tokoh Miguel akan selalu ada dan benar – benar
sebagai tokoh utama yang sangat kuat. Namun dialog, kualitas animasi, dan
kualitas Anthony Gonzales sebagai pengisi suara tidak membuat saya bosan dengan
tokoh ini. Konflik yang dihadirkan dalam film ini juga membuat saya sebagai
penonton cukup terbawa arus, masuk ke dalamnya. Suasana ceria, rasa kecewa,
rasa geram, rasa haru, dikemas secara apik sehingga dibawa oleh penonton dalam
pikirannya.
Akhir cerita yang penuh rasa haru sangat mungkin
membuat penonton, termasuk saya sendiri merasakan genangan air di kedua bola
mata. Bagaimana wujud cinta kasih antara orang tua dan anak yang saling
merindukan. Bagaimanapun juga keluarga adalah segalanya di dunia ini.
Satu catatan dari saya untuk film ini yaitu cukup
banyak menampilkan simbol tengkorak. Memang mayoritas tokoh dalam film Coco
adalah hantu yang berwujud kerangka manusia, tetapi mereka mempunyai ekspresi
yang tidak meyeramkan bahkan cenderung lucu. Namun bila dalam simbol saja saya
rasa tidak tepat dengan tokoh utamanya yang seorang anak usia dua belas tahun.
Coco merupakan film animasi yang patut untuk kalian
lihat. Film yang menurut saya tergolong ringan, tidak perlu berpikir keras
untuk menebak teka – teki apa yang disajikan di dalamnya. Kolaborasi skenario
dan animasi yang memukau menjadikan film ini penuh makna dan berkesan.
BalasHapusBlog yang keren sekali. Butuh motor hubungi kami. Bisa wa kami 081 559 795 985