Minggu, 10 Juni 2018

Coco : Drama di dunia arwah

Poster dari Wikipedia



Judul film                    : Coco
Sutradara                     : Lee Unkrich
Produser                      : Darla K .Anderson
Skenario                      : Adrian Molia, Matthew Aldrich
Pemain                 : Anthony Gonzales, Gael Garcia Bernal, Benjamin Bratt, Alana Ubach, Renee Victor, Ana Ofelia Murguia
Rumah Produksi         : Walt Disney Pictures, Pixar Animation Studios
Tanggal rilis                 : 22 November 2017

Coco adalah film animasi tiga dimensi produksi Pixar Animation Studios, dan dirilis oleh Walt Disney Pictures.  Dibintangi oleh aktor belia Anthony Gonzales, Gael Garcia Bernal, Benjamin Bratt, Alana Ubach, Renee Victor, dan Ana Ofelia Murguia. Dengan ide dasar hari perayaan orang mati, skenario yang dibuat oleh Adrian Molina dan Matthew Aldrich ini akan mengantarkan kita masuk ke alam arwah namun tidak menyeramkan. Justru dengan arahan sutradara Lee Unkrich, ada perjalanan yang menyentuh emosi disajikan dalam film ini.

Film ini mengambil latar di sebuah desa di Meksiko bernama Santa Cecillia. Coco sendiri sebenarnya adalah nama seorang nenek yang sudah tua renta. Keluarga besar Coco mempunyai usaha pembuatan sepatu yang diwariskan secara turun – temurun. Coco memiliki seorang cicit bernama Miguel Rivera, yang sangat ingin menjadi seorang seniman di bidang musik dan mengagumi seorang musisi Meksiko yang sudah melegenda bernama Ernesto de la Cruz. Di sela – sela waktunya bekerja sebagai tukang semir sepatu, Miguel yang masih bocah berusia dua belas tahun ini secara diam- diam belajar bermain gitar di sebuah tempat tersembunyi. Hal itu dia lakukan karena tradisi keluarganya yang anti dengan musik.


Semangat Miguel untuk menjadi musisi sangatlah kuat. Ketika ada kesempatan  untuk mengikuti sebuah audisi musik di alun - alun, dia tak akan melewatkan kesempatan itu. Bagi Miguel kesempatan tidak akan datang dua kali. Proses untuk mengikuti audisi musik tidak berjalan mulus bagi Miguel, karena bertepatan dengan hari Dia de los Muertos. Hari di mana arwah para leluhur akan kembali pulang untuk melihat keluarganya yang masih hidup. Orang – orang akan memajang foto almarhum leluhur meraka yang sudah meninggal di ruang sembahyang di rumah masing – masing. Dan pada hari itulah Miguel secara mengejutkan bisa masuk ke dalam dunia arwah.

Di dalam dunia arwah, Miguel harus melakoni petualangannya. Dia harus bisa mendapatkan restu arwah leluhurnya untuk bisa kembali ke dunia nyata. Dalam perjuangannya itu, Miguel bertemu dengan arwah sosok yang dikaguminya selama ini. Dan tentu akhirnya dia bisa menguak misteri siapa sebenarnya  wajah foto yang robek di ruang sembahyang rumahnya.

Film ini dari awal sebenarnya sudah menghadirkan keunikan tersendiri. Judul film merupakan seorang tokoh di film ini juga, namun tokoh utamanya justru diperankan oleh nama yang lain. Sehingga selama kita menikmati cerita dalam film ini, kita akan lupa siapa Coco, dan mengapa film ini diberi judul Coco. Jawaban dari pertanyaan itu secara tiba – tiba muncul dari tokoh yang tidak diperhitungkan sebelumnya. Dan penonton pasti akan bergumam, “Oh, jadi dia orangnya.”

Sebagai hasil dari garapan Pixar Animation Studios, film Coco mempunyai tampilan yang sangat bagus dan karakter tokohnya menjadi lebih hidup. Detail wajah sebagai contohnya. Pada sosok nenek Coco yang sudah tua renta, detail kulit keriput ditambah postur yang bungkuk membuat saya trenyuh melihatnya sebagai orang yang tinggal menghabiskan masa tuanya. Sedangkan pada tokoh Miguel, ini yang membuat saya kagum. Pada sosok bocah ini, pada bagian atas mulut bagian kiri ada tahi lalat. Bagi saya hal itu bagaimana film animasi ini membuat tokoh yang mempunyai ciri khas. Belum lagi sosok arwah dalam bentuk rangka dan tengkorak, yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak tampak menyeramkan. Bila kalian sedikit jeli saat menonton, kalian akan melihat beberapa figur animasi dari film lain buatan Pixar Animation Studios ada di dalam film ini. Walaupun hanya sekilas.

Karena setting lokasi pada film ini berada di negara Meksiko maka jangan heran ada ungkapan dalam bahasa Latin yang khas. Selain itu juga musik khas negri Sombrero dengan alunan suara gitar yang cepat dan riang, akan banyak mengalun dalam film Coco. Membuat saya menggerakkan jari – jari kaki untuk mengimbangi alunan iramanya.

Karena merupakan sebuah film animasi, maka ada pengisi suara dalam pembuatan film ini tentunya. Beberapa diantaranya merupakan orang Meksiko, salah satunya adalah Anthony Gonzales yang menjadi pengisi suara untuk Miguel. Walaupun berkebangsaan Meksiko, Anthony Gonzales mempunyai kemampuan berbahasa Inggris yang sangat baik untuk mengisi dialog film Coco.
Awal cerita film ini menyajikan suasana masyarakat menengah di pedesaan. Suatu pesan untuk tidak meninggalkan kearifan lokal. Sajian musik latin, topi lebar sombrero, merupakan salah satu promosi untuk menampilkan budaya Meksiko ke dunia internasional. Hal yang patut ditiru oleh pembuat film di Indonesia, di mana  beberapa film malah mengambil lokasi syuting di luar negri.

Awalnya saya menganggap film Coco merupakan film untuk anak – anak. Tetapi saya salah. Film ini layak ditonton untuk semua kalangan, anak – anak hingga dewasa. Ada hal yang menarik pada bagian awal film. Saat Miguel melihat rekaman film Ernesto de la Cruz, dia melihat adengan orang berciuman di rekaman itu. Lalu Miguel memicingkan matanya. Mengisyaratkan bahwa Miguel memang masih belum layak untuk melihat adegan itu. Satu pesan moral dari film Coco.

Tidak bisa dipungkiri film Coco sarat akan pesan di dalamnya. Pesan mengenai tradisi yang tidak boleh dilupakan, yaitu mengenang leluhur yang telah mendahului kita. Tetap mengingat dan mendoakan mereka. Dalam film ini dikisahkan dalam wujud perayaan hari Dia de los Muertos. Mungkin kalau di Indonesia bisa dianalogikan semacam tradisi selamatan untuk orang yang telah meninggal.

Selain itu kita juga diberi pesan untuk mempertahankan apa yang diwariskan oleh keluarga kita. Secara turun – temurun, keluarga besar nenek Coco mempertahankan usaha pembuatan sepatu, walaupun hanya sekelas industri kecil saja.

Mengejar impian dan berusaha mewujudkannya, merupakan salah satu pesan utama dalam film Coco. Bagaimana sosok Miguel yang berambisi menjadi seorang musisi, yang jelas sangat ditentang oleh semua anggota keluarganya. Selama impian itu tidak merugikan orang lain tentu kita semua mempunyai hak untuk berusaha menggapainya dengan cara yang benar. Karena bila kita berbuat curang, maka suatu saat apa yang kita raih akan sirna juga.

Skenario yang ditampilkan menurut saya juga sangat bagus. Di sepanjang film, tokoh Miguel akan selalu ada dan benar – benar sebagai tokoh utama yang sangat kuat. Namun dialog, kualitas animasi, dan kualitas Anthony Gonzales sebagai pengisi suara tidak membuat saya bosan dengan tokoh ini. Konflik yang dihadirkan dalam film ini juga membuat saya sebagai penonton cukup terbawa arus, masuk ke dalamnya. Suasana ceria, rasa kecewa, rasa geram, rasa haru, dikemas secara apik sehingga dibawa oleh penonton dalam pikirannya.

Akhir cerita yang penuh rasa haru sangat mungkin membuat penonton, termasuk saya sendiri merasakan genangan air di kedua bola mata. Bagaimana wujud cinta kasih antara orang tua dan anak yang saling merindukan. Bagaimanapun juga keluarga adalah segalanya di dunia ini.


Satu catatan dari saya untuk film ini yaitu cukup banyak menampilkan simbol tengkorak. Memang mayoritas tokoh dalam film Coco adalah hantu yang berwujud kerangka manusia, tetapi mereka mempunyai ekspresi yang tidak meyeramkan bahkan cenderung lucu. Namun bila dalam simbol saja saya rasa tidak tepat dengan tokoh utamanya yang seorang anak usia dua belas tahun.

Coco merupakan film animasi yang patut untuk kalian lihat. Film yang menurut saya tergolong ringan, tidak perlu berpikir keras untuk menebak teka – teki apa yang disajikan di dalamnya. Kolaborasi skenario dan animasi yang memukau menjadikan film ini penuh makna dan berkesan.

1 komentar: